Kasus : HEADACHE
A.28 years old,woman with a history of migraine presents to a walk-in clinic with complains of nausea and aura,which for her signal an impending migraine headache. The patient had received various treatments in the past and has responded well to subcutaneous sumatriptan. However,refuses to self-administer the medication and requires medical assisstance for her treatment. Effective treatment of the nausea and vomiting that often accompany migraines is as important as treating headache itself. When selecting abortive therapy for this patient consideration should be given to using medication that can be given by a route that the patient can administer her self. Intranasal sumatriptan are reasonable therapy approaches for this patient. Use of a headache diary is an effective means of monitoringhe patients respons to therapy.
A. ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM SARAF
System persarafan dan system hormonal merupakan bagian-bagian tubuh yang saling berkomunikasi dan saling berhubungan. System ini mempunyai kemampuan untuk mengkoordinasi, mengafsirkan, dan mengontrol interaksi antara individu dan sekitarnya. System persarafan menggatur kebanyakan aktivitas system-sitem tubuh lainnya. Pengaturan saraf tersebut memungkinkan terjalinnya komunikasi antar berbagai system tubuh hingga menyebabkan tubuh berfungsi sebagai unit yang harmonis. Dalam system inilah terdapat segala fenomena kesadaran, pikiran, ingatan, bahasa, sensasi, dan gerakan. Jadi kemampuan untuk dapat memahami, mempelajari, dan merespon suatu rangsangan merupakan hasil kerja terintegrasi system persarafan yang mencapai puncaknya dalam bentuk kepribadian dan tingkah laku individu.
Sistem persarafan terdiri dari sel-sel saraf (neuron) dan sel-sel penyokong (neuroglia dan sel Schwann). Kedua jenis sel tersebut demikian erat berkaitan dan terintegrasi satu sama lain sehingga bersama-sama berfungsi sebagai satu unit.
1. Neuron
Neuron adalah suatu sel saraf dan meruapaka unit anatomis dan fungsional system saraf. Neuron serupa dengan sel-sel lain dalam tubuh dalam beberapa hal: memiliki nucleus yang megandung gen, megandung organela seperti mitokondria, dan melakukan proses selular mendasar seperti menghasilkan energy dan menyintesis protein. Neuron juga berbeda dari sel-sel lain dalam tubuh manusia karena memiliki perpanjangan dan penonjolan yang disebut akson dan dendrite, yang saling berhubungan melalui proses kimia dan listrik, dan mengandung beberapa struktur khusus yang unik (missal, vesikel neurotransmitter yang disebut kuanta dan celah fungsional antara sel penghantar dan penerima yang disebut sinaps). Setiap neuron memiliki badan sel dengan satu atau beberapa tonjolan. Dendrite adalah tonjolan yang menghantarkan informasi menuju badan sel. Tonjolan tunggal dan panjang yang menghantarkan informasi keluar dari badan sel disebut akson. Dendrite dan akson secara kolektif sering disebut sebagai serabut saraf atau tonjolan saraf. Kemampuan untuk menerima, menyampaikan, dan meneruskan pesan-pesan neural disebabkan oleh sifat khusus membrane sel neuron yang mudah dirangsang dan mudah menghantarkan pesan elektrokimia. System saraf manusia terdiri dari sekitar 10 milyar neuron.
Neuron dklasifikasikan sebagai neuron unipolar, bipolar, atau multipolar sesuai dengan jumlah dan pola tonjolan badan sel neuron.
a. Neuron unipolar mempunyai satu tonjolan yang kemudian bercabang dua dekat dengan badan sel. Satu cabang menuju ke perifer sedangkan cabang yang lain berjalan menuju system saraf pusat. Contoh, neuron sensorik saraf spinal.
b. Neuron bipolar mempunyai dua tonjolan, satu akson dan satu dendrite. Neuron bipolar antara lain adalah sel batang dan kerucut retina.
c. Neuron multipolar mempunyai beberapa dendrite dan satu akson yang dapat bercabang-cabang banyak sekali. Kebanyakan neuron system saraf pusat merupaka neuron multipolar.
Neuron juga diklasifikasikan menurut panjang tonjolannya.
a. Neuron golgi tipe I, mempunyai akson panjang yang dapat menjulur lebih dari satu meter panjangnya (misalnya, neuron motorik dari medulla spinalis sakralis yang memanjang sampai ke ujung jari kaki. Berkas serabut yang panjang pada otak dan medulla spinalis serta serabut-serabut saraf tepi terdiri dari akson-akson neuron tipe ini.
b. Neuron golgi tipe II mempunyai akson yang pendek sekali yang berakhir dekat badan sel. Dendrite juga pendek dan berkelompok di sekitar badan sel. Neuron golgi tipe II banyak ditemukan dalam otak dan medulla spinalis, dan lebih banyak ditemukan daripada neuron tipe I.
Neurotransmiter, merupakan zat kimia yang disintesis di dalam neuron, disimpan dalam gelembung sinaptik pada ujung akson. Zat kimia ini dilepaskan dari akson terminal melalui eksositosis. Begitu dilepaskan pada taut prasinaptik, menyebabkan hantaran potensial aksi dan kaskade perubahan kimia dalam sel kedua. Neurotransmitter yang berada dalam celah sinaptik kemudian dibuang dari taut, yang memungkinkan repolarisasi membrane sel pasca sinaptik dan dihantarkannya potensial aksi yang baru. Pembuangan molekul neurotransmitter dapat terjadi melalui 3 mekanisme utama.
a. Pembuangan dari celah sinaptik melalui difusi atau kerja sel glia.
b. Degradasi enzimatik (deaktivasi) sehingga struktur neurotransmitter tidak lagi dikenali oleh reseptornya (asetilkolin dibuang melalui mekanisme ini).
c. Ambilan kembali (reuptake), dengan diambilnya kembali seluruh molekul neurotransmitter ke dalam akson terminal yang melepaskannya (noepinefrin dan serotonin dibuang melalui mekanisme ini).
Neurotransmiter dan sifat kerjanya
Substansi transmitter Tempat Fungsi Sifat Kerja
Amine
Asetilkoline
Otak, batang otak, basal ganglia, system saraf otonom.
Transmisi saraf dan otot, saraf simpatis dan parasimpatis
Eksitasi, kadang-kadang inhibisi
Gamma Aminobutic Acid (GABA)
Histamin
Serotinin Otak, batang otak, basal ganglia, medulla spinalis, cerebellum.
Otak, medulla spinalis, system saraf perifer
Batang otak tengah, hypothalamus, medulla spinalis Transmisi saraf dan otot
Meningkatkan permeabilitas kapiler, dlm mekanisme nyeri
Berhubungan dengan keadaan tidur, control perasaan, menghambat nyeri Inhibisi
Inhibisi
Katekolamin
Dopamin
Norepinefrin
Substansi nigra, basal ganglia
Hipotalamus, batang otak, cerebellum, saraf simpatik
Pergerakan kompleks, pengatur emosi, perhatian
Menjaga kesadaran, pengaturan rasa.
Inhibisi
Eksitasi
Amino Acid
Aspartic Acid
Glutamic Acid
Glisin Otak, interneuron medulla spinalis
Saraf sensori
Interneuron medulla spinalis Sensasi
Sensasi
Control otot Eksitasi
Eksitasi
Inhibisi
Polypeptida
Subtance P
Endorphin Otak, medulla spinalis
Thalamus, hypothalamus, medulla spinalis, pituitari Transmisi nyeri
Rasa senang, analgesia. Eksitasi
Eksitasi
Neuron menyalurkan sinyal-sinyal saraf ke seluruh tubuh, menggunakan hantaran listrik dalam neuron dan hantaran kimia di antara neuron. Secara anatomis, neuron-neuron tidak bersambung satu dengan yang lain. Tempat neuron mengadakan kontak dengan neuron lain atau dengan organ efektor disebut sinaps. Sinaps merupakan satu-satunya tempat lewatnya suatu impuls dari satu neuron ke neuron lainnya. Ruang antar satu neuron dan neuron berikutnya dikenal dengan celah sinaptik. Neuron yang menghantarkan impuls saraf menuju ke sinaps disebut neuron prasinaptik. Neuron yang membawa impuls dari sinaps disebut neuron pascasinaptik. Sinaps dapat terletak antara akson dan dendrite (sinaos aksondendritik), antara akson dan badan sel (sinaps aksonsomatik) antara dua buah akson (sinaps aksoaksonik) dan juga antara dendrite (sinapsdendrodendritik). Satu neuron dapat mengadakan kontak sinaptik dengan banyak neuron (divergensi) dan dapat menerima kontak sinaptik dari banyak neuron (konvergensi).
2. Neuroglia, Sel Schwann, dan Mielin
Neuroglia adalah sel penyokong untuk neuron-neuron system saraf pusat, sedangkan Sel Schwann menjalankan fungsi tersebut pada system saraf tepi. Neuroglia menyusun 40% volume otak dan medulla spinalis. Empat sel neuroglia yang berhasil diidentifikasi adalah: microglia dan tiga jenis makroglia (sel ependim, astroglia, dan oligodendroglia)
Microglia mempunyai sifat-sifat fagosit; bila jaringan saraf rusak, maka sel-sel ini bertugas untuk mencerna sisa-sisa jaringan yang rusak. Sel ini ditemukan di seluruh system saraf pusat dan dianggap berperan penting dalam proses melawan infeksi. Sel-sel ini mempunyai sifat mirip dengan histiosit yang ditemukan dalam jaringan penyambug perifer.
Sel ependim (ependimosit) berperan dalam produksi cairan serebrospinal. Sel-sel tersebut adalah sel-sel neuroglia yang membatasi sistem ventrikel system saraf pusat. Sel-sel inilah yang merupakan epitel dari pleksus koroideus ventrikel otak.
Astroglia (astrosit) menyediakan nutrisi esensial yang diperlukan oleh neuron dan membantu neuron mempertahankan potensial bioelektris yang sesuai untuk konduksi impuls dan transmisi sinaptik.
Mielin merupakan suatu kompleks protein-lemak berwarna putih yang melapisi tonjolan saraf. Myelin menghalangi ion natrium dan kalium melintasi membrane neuronal dengan hamper sempurna. Selubung myelin tidak kontinu di sepanjang tonjolan saraf, dan terdapat celah-celah tanpa myelin, yang disebut nodus ranvier.
Sel Schwann membentuk myelin dan neurilema saraf tepi. Membrane plasma sel Schwann secara kosentris menglilingi tonjolan saraf dari neuron system saraf tepiuntuk membentuk selubung myelin. Tidak semua neuron system saraf tepi bermielin. Neurilema adalah membran sel sitoplasma halus yang dibentuk oleh sel-sel Schwann yang membungkus semua neuron system saraf tepi. Neurilema merupakan struktur penyokong dan pelindungbagi tonjolan saraf.
Sistem saraf dibagi menjadi system saraf pusat dan system saraf tepi.
a. Sistem Saraf Pusat
1. Otak
Otak merupakan jaringan yang paling banyak memakai banyak energy dalam tubuh manusia dan terutama berasal dari proses metabolism oksidasi glukosa. Jaringan otak sangat rentan dan kebutuhan akan oksigen dan glukosa melalui aliran darah bersifat konstan. Metabolism otak merupakan proses tetap dan kontinu tanpa ada istirahat, bila aliran darah terhenti selama 10 detik saja, kesadarah mungkin sudah akan hilang, dan penghentian dalam beberapa menit dapat emnimbulkan kerusakan irreversible. Hipoglikemia berkepanjangan juga merusak jaringan otak.
Aktivitas otak yang tak pernah berhenti ini berkaitan dengan fungsinya yang kritis sebagai pusat integrasi dan koordinasi organ-organ sensorik dan system efektor perifer tubuh dan sebagai pengatur informasi yang masuk, simpanan pengalaman, impuls yang keluar, dan tingkah laku.
Otak besar (Serebrum)
Serebrum meruapakan bagian otak yang paling besar dan paling menonjol. Serebrum sebagai tempat pusat-pusat saraf yang mengatur semua kegiatan sensorik dan motorik, juga mengatur proses penalaran, ingatan, dan intelegensi. Dibagi menjadi dua oleh suatu lekuh atau celah dalam (visura longitudinalis major) menjadi hemisfer kanan dan kiri. Hemisfer serebri kanan mengatur bagian tubuh sebelah kiri, dan hemisfer serebri kiri mengatus bagian tubuh sebelah kanan. Konsep fungsional ini disebut pengendalian kontral lateral.
Selain itu hemisfer juga dibagi menjadi bagian luar dan bagian dalam.
a) Hemisfer bagian dalam, substansia alba (pusat medulla). Merupakan bagian inti dari hemisfer, di dalamnya tertanan massa substansia glisea yang disebut ganglia basalis.
b) Hemisfer bagian luar, susbtansia glisea (korteks serebri)
Diesefalon
Membentuk inti bagian dalam sereblum.
Diesefalon dibagi menjadi 4 wilayah,yaitu;
o Thalamus
Terdiri dari dua struktur ovoid besar, masing-masing mempunyai komplek nucleus yang saling berhuubungan dengan korteks serebri ipsilateral, serebellum,dan dengan berbagai kompeks nukler subkortikal seperti yang ada dalam hypothalamus, formasio retikularis batang otak, ganglia basalis, dan mungkin juga substansi nigra. Thalamus merupakan stasiun penghubung dalam otak dan juga merupakan mengintegrasi subkortikal yang penting.
Thalamus bertindak sebagai pusat sensori yang primitive yang tidak kritis terbukti dengan individu dapat secara samar merasakan nyari, tekanan, raba, getar, dan suhu yang ekstrim, tetapi tidak dapat ditentukan tampatnya.
o Hipothalamus
Hypothalamus terletak dibawah thalamus. Hypothalamus berkaitan dengan pengaturan rangsangan system susunan saraf perifer yang menyertai tingkah laku dan emosi.
Dengan demikian hypothalamus juga berperan penting dalam pengaturan hormon-hormon. Hormone anti diuretic dan oksitosin disintesis dalam nuclei yang terletak dalam hypothalamus dan diangkut melalui akson-akson ke hipofisis posterior twmpat penyimpan dan pelepasannya.
Pengeluaran hormone hipofisis anterior juga diatur oleh factor penghambat dan pelepas hypothalamus.
Fiungsi hypothalamus: pengaturan cairan tubuh dan komposisi elektrolit, suhu tubuh, fungsi endokrin dari tingkah laku seksual dan reproduksi normal, ekspreksi, ketenangan, atau kemarahan serta lapar dan haus.
o Subthalamus
Merupakan nucleus motorik ekstrapiramidal yang penting. Sebthalamus mempunyai hubungan dengan nucleus rubra, substansi nigra, dan globus palidus dari ganglia basalis.
Fungsinya belum dapat dimengerti sepenuhnya,tetapi lesi pada subthalamus dapat menimbulkan hemibalismus.
o Epithalamus
Merupakan pita sempit jaringan saraf yang membentuk atap diensefalon. Epithalamus berperan pada beberapa dorongan emosi dasar dan integrasi informasi olfaktorius.
• Lobus di Cerebrum
1. Lobus frontal
- - pusat fungsi intelektual yang lebih tinggi, , seperti kemampuan berpikir abstrak dan nalar, , bicara (area broca hemisfer kiri ), pusat penghidung dan emosi
- - pusat pengontrolan gerakan volunter di di gyrus presentralis (area (area
motorik primer)
- - terdapat area asosiasi motorik (area premotor)
2. Lobus parietal
- - pusat kesadaran sensorik di gyrus postsentralis (area sensorik primer)
- - terdapat area asosiasi sensorik
3. Lobus oksipital
- pusat penglihatan & area asosiasi penglihatan: menginterpretasi &
memproses rangsang penglihatan dari nervus optikus & mengasosiasikan rangsang ini dengan informasi saraf lain
- - merupakan lobus terkecil
4. Lobus temporal
- - berperan dlm pembentukan & perkembangan emosi
- - pusat pendengaran
Otak Kecil (serebellum)
Otak kecil terletak didalam fosa krani posterior dan di tutupi oleh durameter yang menyerupai atap tenda disebut tentorium. Serebellum terdiri dari bagian tengah dan dua hemisfer lateral. Serebellum dihubungkan dengan batang otak oleh tiga berkas serabut yang disebut padunkulus, yaitu :
o Pedunkulus serebri superior,berhubungan dengan mesensefalon
o Pedunkulus serebri media, menghubungkan kedua hemister otak.
o Pedunkulus serebri inferior, berisi seabut-serabut traktus spinosereberalis dorsalis dan berhubungan dengan medulla oblongata.
Fungsi utama serebellum, yaitu sebagai pusat refleks mengkoordinasi dan memperhalus gerakan otot, serta mengubah tonus dan kekuatan kontraksi untuk mempertahankan keseimbangan dan sikap tubuh.
Batang otak
Merupakan pusat penyampaian refleks yang penting dari system saraf pusat, sehingga dalam otak terdapat nervus olfaktorius dan nervus optikus serta nervus kranialis.
o Pons
Pons merupakan serabut yang menghubungkan kedua hemisfer serebellum serta menghubungakn mesensefalon di sebelah atas dengan medulla oblongata. Bagain bawah pons berperan mengatur pernafasan. Di dalam pons terdapat nucleus saraf cranial V trigeminus, cranial VI abdusen, dan ke VII facialis.
o Medulla Oblongata
Merupakan pusat refleks yang penting untuk jantung, vasokonstiktor, pernafsan, bersin, batuk, menelan, pengeluaran air liur, dan muntah. Semua jaras asenden dan desenden medulla spinalis dapat terlihat disini. Pada permukaan anterior terdapat dua pembesaran yang disebut pyramid yang terutama mengandung serabut-serabut motorik volunteer. Di bagian posteriornya terdapat dua pembesaran yang merupakan vasikuli dari jaras asenden kolumna dorsalis, yaitu vasikulus grasilis dan vasikulus kuteanus. Jaras-jaras ini menghantarkan tekanan proprioseptif otot-otot sadar, sensasi getar, dan diskriminasi traktil dua titik.
o Mesensefalon
Merupakan bagian pendek dari batang otak yang letaknya di atas pons. Bagian ini mencakup bagian posterior, yaitu tektum yang terdiri atas kolikuli superior dan kolikuli inferior serta bagian anterior, yaitu pedunkulus serebri. Kolikuli superior berperan dalam refleks penglihatan dan koordinasi gerakan penglihatan, kolikuli inferior berperan dalam refleks pendengaran,misalnya menggerakkan kepala kea rah datangnya suara.
Pedunkuli serebri terdiri atas berkas serabut-serabut motorik yang berjalan turun dari serebrum. Substansia nigra dan nucleus ruber terletak dalam mesensefalon dan merupakan bagian dari jaras ekstrapiramidal atau jaras impuls motorik infolunter.
- Substansia nigra berhubungan dengan korteks serebri, ganglia basalis,nucleus rubra,formation retikularis.
Perannya: inhibitor kompleks di tempat interkoneksinya.
- Nucleus rubra berhubungan dengan serebelum, korteks serebri, substansia nigra,ganglia basalis,formation retikularis dan nucleus subtalamikus.
Peran: melibatkan refleks postural dan refleks untuk menegakkann badan sesuai orientasi kepala seseorang di dalam ruang.
2. Medula Spinalis
Medulla spinalis berfungsi sebagai pusta refleks spinal dan juga sebagai jaras konduksi impuls dari atau ke otak.
Terdiri dari substansia alba dengan bagian dalamnya substansia grisea yang merupakan tempat integrasi refleks – refleks spinal.
Pada penampang melintang,substansia grisea tampak menyerupai huruf H capital. Kedua kaki menjulur ke depan disebut kornu anterior atau kontru ventralis, sedangkan kedua kaki belakang dinamakan kornu posterior atau kornu dorsalis. Kornu ventralis terutama dari badan sel dan dendrit neuron – neuron motorik aferen multipolar dari radiks ventralis dan saraf spinal. Sel kornu ventralis biasanya dinamakan jaras akhir bersama karena setiap gerakan dari korteks motorik serebral, ganglia basalis atau yang timbul secara refleks dari reseptor sensorik harus diterjemahkan menjadi suatu kegiatan atau tindakan melalui sruktur tersebut.
Pembuluh darah Medula Spinalis
Medulla spinalis menerima darah melalui cabang-cabang arteri vertebralis (arteri spinalis anterior dan posterior dan cabang-cabangnya) dan dari pembuluh-pembuluh segmental regional yang berasal dari aorta torakalis dan abdominalis (arteri radikularis dan cabang-cabangnya). Dari tempat percabangannya pada arteri vertebralis di sepanjang medulla, arteri spinalis anterior dan posterior akan berjalan turun ke medulla spinalis. Arteri segmental masuk ke bagian spinal system saraf pusat melalui foramina intravertebralis dan bercabang menjadi pembuluh anterior dan posterior. Arteri-arteri ini melingkari medulla spinalis dan membentuk pleksus vascular yang beranastomosis luas pada permukaan medulla spinalis, serta berhubungan dengan pembuluh-pembuluh system vertebral. Cabang-cabang dari fleksus vascular superficial ini kemudian menembus medulla spinalis dan mendarahi jaringan-jaringan yang letaknya dalam.
b. Sistem Saraf Tepi
1. Sistem saraf sadar
Secara anatomis dibagi mejadi:
• Saraf spinal
Terdiri dari 31 segmen jaringan saraf danmasing-masing memiliki sepasang saraf spinal yang keluar dari kanalis vertebralis melalui foramina intervertebralis(lubang pada tulang vertebra).Terdapat 8 pasang saraf servikal(dan hanya 7 vertebra servikalis), 12 pasang saraf torakalis, 5 pasang saraf lumbalis,5 pasang saraf sakralis, dan 1 pasang saraf koksigeal. Saraf spinal melekat pada permukaan lateral medula spinalis dengan perantaraan dua radiks, yaitu radiks posterior atau dorsal(sensorik) dan radiks anterior atau ventral(motorik). Radiks dorsal memperlihatkan pembesaran yaitu ganglion radiks dorsal yang terdiri dari badan – badan sel neuron aferen atau neuron sensorik. Badan sel seluruh neuron aferen medula spinalis terdapat dalam ganglia tersebut.Semua saraf spinal merupakan saraf campuran, yaitu mengandung serabut-serabut sensorik maupun motorik. Trunkus saraf segera bercabang menjadi divisi atgau rami ventralis dan dorsalis. Terdapat juga dua divisi lain, yaitu satu cabang meningeal yang mempersarafi meningen medula spinalis dan ligamenta, dan cabang viseral yang mempunyai dua bagian yaitu rami alba dan grisea dan tergolong sebagai bagian dari sistem saraf otonom.
Secara umum,bagian dorsal saraf spinal mempersarafi otot intrinsik punggung dan segmen- segmen tertentu dari kulit tang melapisinya yang disebut dermatoma. Bagian ventral merupakan bagian yang besar dan membentuk bagian utama saraf spinal. Otot – otot dan kulit leher, dada, abdomen, dan ekstremitas dipersarafi oleh bagian ventral.
Pada semua saraf spinal kecuali saraf torakal, saraf- saraf spinal bagian ventral ini saling terjalin sehingga membentuk jalinan saraf yang disebut pleksus. Dengan demikian pleksus yang terbentuk adalah pleksus servikalis, brakialis, lumbalis, sakralis dan koksigealis. Keempat saraf yang pertama (C1 sampai C4)membentuk pleksus servikalis yang mempersarafi leher dan bagian belakang kepala. Pleksus brakialis dibentuk dari C5 sampai T1 atau T2. Pleksusu ini mempersarafi ekstremitas atas. Pleksus lumbalis berasal dari segmen spinal T12 sampai L4. Pleksus sakralis dari L4 sampai s4. Pleksus koksigeal dari S4 sampai saraf koksigealis.
• Saraf Kranial
Saraf – saraf kranial langsung berasal dari otak dan meninggalkan tengkorak melalui lubang – lubang pada tulang yang disebut foramina.
Terdapat 12 pasang saraf kranial yaitu :
Saraf kranial Komponen saraf Fungsi
I Olfaktorius Sensorik Penciuman
II Optikus Sensorik Penglihatan
III Okulomotorius Motorik -Mengangkat kelopak mata atas
-Kontriksi pupil
- Sebagian besar gerakan ekstraokuler.
IV Troklearis Motorik Gerakan mata ke bawah
V Trigeminus Motorik
Sensorik Otot temporalis dan masetter (menutup rahang, mengunyah): gerakan rahang ke lateral.
-Kulit wajah dan dua pertiga depan kulit kepala;mukosa mata;mukosa hidung dan rongga mulut,lidah serta gigi.
-refleks kornea atau refleks mengedip;komponen sensorik dibawa oleh saraf kranial V, respon motorik melalui saraf kranial VII.
VI Abdusens Motorik Deviasi mata ke lateral
VII Fasialis Motorik
Sensorik -Otot-otot ekspresi wajah termasuk otot dahi, sekeliling mata, dan mulut
-Lakrimasi dan saliva
Pengecapan dua pertiga depan lidah (rasa manis,asam dan asin)
VIII Vestibulokoklearis
Cab.vestibularis
Cab.koklearis
Sensorik
Sensorik
Keseimbangan
Pendengaran
IX Glosofaringeus Motorik
Sensorik -Faring;menelan,reflek muntah
-Parotis;salivai
Faring:lidah posterior termasuk rasa pahit
X Vagus Motorik
Sensorik Faring,Laring:menelan,refleks muntah,fonasi;visera abdomen
Faring,Laring: refleks muntah;visera leher, toraks dan abdomen
XI Asesorius Motorik Otot sternokleidomastoideus dan bagian atas dari otot trapezius pergerakan kepala dan bahu
XII Hipoglosus Motorik Gerakan lidah
2. Sistem Saraf Sadar (Otonom)
Sistem saraf otonom merupakan system saraf campuran. Serabut-serabut aferennya membawa masukan dari organ-organ visceral (menangani denyut jantung, diameter pembuluh darah, pernapasan, pencernaan makanan, lapar, mual, pembuangan dan sebagainya). Saraf eferen motorik system saraf otonom mempersarafi otot polos, otot jantung, dan kelenjar-kelenjar visceral. System saraf otonom terutama menangani pengaturan fungsi visceral dan interaksinya dengan lingkungan internal. System saraf otonom dibagi menjadi dua bagian.
Parasympathetic Autonomic Nervous System
Bagian parasimpatik keluar dari otak (melalui komponen saraf cranial) dan bagian sacral medulla spinalis (kraniosakral). Menurunkan kecepatan denyt jantung dan pernafasan, dan meningkatkan pergerakan saluran cerna sesuai dengan kebutuhan pencernaan dan pembuangan.
Sympathetic Autonomic Nervous System
Bagian simpatik meninggalkan system saraf pusat dari daerah torakal dan lumbal (torakalumbal) medulla spinalis. Beberapa fungsi simpatik adalah peningkatan kecepatan denyut jantung dan pernafasan, serta penurunan aktivitas saluran cerna. Tujuan utama system saraf simpatik adalah mempersiapkan tubuh agar siap menghadapi stress, atau yang disebut respon bertempur atau lari.
Efek autonom pada berbagai organ tubuh
Organ efektor Efek rangsang simpatis Efek rangsang parasimpatis
MATA
Pupil
Otot SIliaris
KELENJAR KEPALA
Lakrimalis
Nasofaring
Saliva
Jantung
PEMBULUH DARAH
Koroner
Otot rangka
Visera abdomen
Kulit
DARAH
Koagulasi
Glukosa
Asam Lemak Bebas
Paru
USUS
Lumen
Sfingter
Sekresi
Hati
Kandung & Saluran Empedu
Medula Adrenal
Otot Kandung Kemih
Organ Seksual
Kelenjar Keringat
Otot-otot pilomotor
Jaringan Adipospa
Dilatasi (midriasis)
Relaksasi (penglihatan jauh)
Sekresi Menurun
Sekresi Menurun
Sekresi Sedikit, Kental
Denyut Meningkat
Kecepatan konduksi meningkat
Kekuatan denyut meningkat
Vasodilatasi
Vasodilatasi
Vasokonstriksi
Vasokonstriksi
Meningkat
Meningkat
Meningkat
Bronkodilatasi
Peristaltic & tonus menurun
Tonus meningkat
Mungkin terhambat
Glikogenolisis
Menghambat kontraksi
Sekresi epinefrin&norepinefrin
Relaksasi
Ejakulasi
Merangsang Kelenjar Keringat
Kontraksi
Lipolisis
Kontraksi (miosis)
Kontraksi (penglihatan dekat)
Merangsang Sekresi
Merangsang Sekresi
Sekresi banyak&encer
Denyut berkurang
Kecepatan Konduksi berkurang
Kekuatan denyut berkurang
Minimal
Minimal
Minimal
Minimal
Bronkokonstriksi
Peristaltik & tonus meningkat
Tonus menurun
Merangsang Sekresi
Merangsang kontraksi
Kontraksi
Ereksi
Aliran Darah Otak
Siklus serebral
Aliran darah yang menuju otak berasal dari dua buah arteri karotis dan sebagian berasal dari arteri vertebralis.
• Arteria Karotis
Arteria karotis interna dan eksterna bercabang dari arteria karotis komunis kira-kira setinggi tulang tiroid.
Arteria karotis eksterna mendarahi wajah, tiroid, lidah, dan faring. Cabang dari arteria karotis eksterna yaitu arteria meningea media yang mendarahi srtuktur-struktur dalam di daerah wajah dan mengirimkan satu cabang yang besar ke dura mater.
Arteri karotis interna masuk ke dalam tengkorak dan bercabang kira-kira setinggi kiasma optikum,menjadi arteri serebri anterior dan media.
Arteri media adalah lanjutan langsung dari arteri karotis interna. Segera setelah masuk ke dalam ruang subaraknoid dan sebelum bercabang-cabang, arteri karotis interna mempercabangkan arteri aftalmika yang masuk ke dalam orbita dan mendarahi mata dan isi orbita lainnya, bagian-bagian hidung dan sinus-sinus udara.
Arteri serebri media menyuplai darah untuk bagian lobus temporalis, parietalis, dan frontalis korteks serebri dan membentuk penyebaran pada permukaan lateral yang menyerupai kipas. Arteri ini merupakan sumber darah utama girus prasentalis dan postsentalis. Korteks audiotorius, somestetik, motorik, dan pramotorik disuplai oleh arteri ini seperti juga korteks asosiasi yang berkaitan dengan fungsi integrasi yang lebih tinggi pada lobus sentralis tersebut.
Arteri serebri anterior memberi suplai darah pada struktur-struktur seperti nucleus kaudatus dan putamen ganglia basalis, bagian-bagian kapsula interna dan korpus kalosum,dan bagian-bagian lobus frontalis dan perietalis serebri,termasuk korteks somestetik dan korteks motorik.
• Arteri vertebralis
Arteri vertebralis adalah cabang dari arteri subklavia yang masuk rongga tengkorak melalui foremen oksipitale magnum. Kedua arteri vertebralis kanan dan kiri berjalan di permukaan ventral medula oblongata dan pada batas kaudal pons kedua arteri bersatu membentuk arteri basilaris. Arteri basiliaris terus berjalan sampai setinggi otak tengah, dan di sini bercabang menjadi dua membentuk sepasang arteri serebri posterior. Cabang-cabang system vertebrobasiliaris ini memperdarahi medulla oblongata, pons, serebelum, otak tengan, dan sebagian diensefalon. Arteri serebri posterior dan cabang-cabangnya mendarahi sebagian diensefalon, sebagian lobus oksipitalis dan temporalis, apparatus koklearis, dan organ-organ vestibular.
Arteri karotis interna setelah masuk rongga tengkorak akan memberi cabang yaitu arteri serebri anterior, arteri serebri media, arteri komunikans posterior, arteri khoroidea, arteri hipofise superior dan arteri hipofise inferior. Kedua arteri vertebralis bergabung membentuk arteri basilaris otak belakang dan arteri ini berhubungan dengan kedua arteri karotis interna yang juga berhubungan satu dengan lainnya membentuk suatu sirkulus Willisi.
Dengan demikian terjadilah jalinan kolateral yang cukup besar pada arteri-arteri besar yang mengurus jaringan otak. Adanya kolateral yang besar ini, maka pada orang muda kedua arteri karotis biasanya dapat disumbat tanpa menimbulkan efek yang merugikan fungsi serebral. Sedangkan pada orang tua, arteri besar pada dasar otak sering mengalami sklerosis dan menyumbat arteri karotis, sehingga penyediaan darah ke otak berkurang sedemikian rupa sampai terjadi gangguan fungsi serebral.
Terdapat beberapa hal yang mengatur aliran darah otak, yakni:
1. Pengaturan metabolisme
Bila metabolisme neuronal meningkat, produk CO2 akan meningkat, sedangkan pH ekstra seluler akan menurun sehingga terjadi vasodilatasi serebral yang menyebabkan peningkatan aliran darah.
2. Autoregulasi serebral
Pengaturan ini merupakan kapasitas bawaan pembuluh darah untuk mempertahankan aliran darah otak. Pembuluh darah otak menyesuaikan lumennya pada ruang lingkupnya sedemikian rupa, sehingga aliran darah menetap, walaupun tekanan perfusi berubah. Pengaturan diameter lumen ini di sebut autoregulasi. Walaupun teori ini cukup menarik, tetapi terdapat bukti-bukti yang menunjukkan pengaruh faktor neurogenik pada autoregulasi ini.
3. Pengaturan neurogenik
Peran faktor neurogenik telah dibuktikan yakni berupa pengawasan susunan saraf otonom yang terletak di batang otak dan diensefalon, serta inervasi alfa dan beta adrenergik dan kolinergik. Adrenergik alfa bersifat vasokonstriktif, sedangkan adrenergik beta dan kolinergik mengakibatkan vasodilatasi. Peningkatan aliran darah hemisferik dapat disebabkan oleh perangsangan formasio retikularis. Agaknya hal ini diakibatkan oleh peran faktor neurogenik dan akibat meningkatnya metabolisme otak.
Ventrikel dan Sirkulasi cairan serebrospinalis :
Ventrikel merupakan serangkaian dari empat rongga dalam otak yang saling berhubungan dan dibatasi oleh sel ependim (semacam sel epitel yang membatasi semua rongga otak dan medulla spinalis) dan mengandung cairan serebrospinal (cerebrospinal fluid,CSF). Pada setiap hemisferium serebri terdapat satu ventrikel lateral. Ventrikel ketiga terdapat dalam diensefalon, sedangkan venrikel keempat dalam pons dan medulla oblongata. Ventrikel lateral berhubungan dengan ventrikel ketiga melalui sepasang foramen intervetrikularis monro. Ventrikel ketiga dan keempat dihubungkan melalui uatu saluran sempit di otak tengah yang dinamakan akueduktus sylvii. Pada ventrikel keempat terdapat tiga lubang,yaitu sepasang foramen Luschka di lateral dan satu foramen Megandie di medial, yang berlanjut ke ruang subaraknoid otak dan medulla spinalis.
Dalam setiap ventrikel terdapat struktur sekresi yang dinamakan pleksus koroideus. Pleksus ini terdiri dari pembuluh darah pia mater yang mempunyai hubungan langsung dengan ependima. Pleksus koroideus yang menyekresi CSF jernih dan tak berwarna, yang merupakan bantal cairan pelindung sekitar SSP. CSF terdiri dari air, elektrolit, gas oksigen dan karbondioksida yang terlarut,glukosa, beberapa leukosit (terutama limfosit), dan sedikit protein. Cairan ini berbeda dari cairan ekstraseluler lainnya karena cairan ini mengandung kadar natrium dan klorida yang lebih tinggi, sedangkan kadar glukosa dan kaliumnya lebih rendah. Ini menunjukkan bahwa pembentukannya lebih bersifat sekrasi dibandingkan hanya filtrasi.
Setelah mencapai ruang subaraknoid, CSF dalam sirkulasi di sekitar otak dan medulla spinalis lalu keluar menuju system vascular (SSP tak mengandung system getah bening). Sebagian besar CSF direabsorpsi ke dalam darah melalui struktur khusus yang dinamakan vili araknoidalis dan granulasio araknoidalis, yang menonjol dari ruang subaraknoid ke sinus sagitalis superior otak. CSF diproduksi dan direabsorpsi terus menerus dalam SSP. Volume total CSF di seluruh rongga serebrospinal sekitar 125 ml, sedangkan kecepatan sekresi pleksus koroideus sekitar 500 sampai 750 ml perhari. Tekanan CSF merupakan fungsi kecepatan pembentukan cairan dan resistensi terhadap reabsorpsi oleh vili araknoidalis. Tekanan CSF sering diukur waktu dilakukan fungsi lumbal, dan pada posisi telentang biasanya berkisar antara 130 mmH2O (13 mmHg).
B. KONSEP PENYAKIT
Pengertian
Headache atau sakit kepala adalah salah satu keluhan fisik paling utama manusia. Sakit kepala pada kenyataannya adalah gejala bukan penyakit dan dapat menunjukkan penyakit organik (neurologi atau penyakit lain), respon stress, vasodilatasi (migren), tegangan otot rangka (sakit kepala tegang) atau kombinasi respon tersebut (Brunner & Suddart).
Penyebab
Menurut International Headache Society, sakit kepala dibagi menjadi dua kategori utama, yaitu sakit kepala primer dan sakit kepala sekunder.
1. Sakit kepala primer adalah sakit kepala tanpa penyebab yang jelas dan tidak berhubungan dengan penyakit lain. Contohnya adalah sakit kepala tipe tensiĆ³n, migren atau cluster.
2. Sakit kepala sekunder adalah sakit kepala yang disebabkan oleh penyakit lain. Contohnya adalah infeksi virus, adanya pendesakan di dalam tengkorak oleh tumor, cairan otak, darah, dan kematian jaringan otak serta stroke.
Klasifikasi :
Sakit kepala sukar dikategorikan dan ditetapkan . sedikit bukti fisiologis patologis atau uji dianostik dapat mendukung diagnosa sakit kepala.
Sakit kepala mempunyai perbedaan manifestasi individual selama proses kehidupan, dan tipe sakit kepala yang sama mungkin mempunyai karakteristik yang berbeda diantara individu yang berbeda.
Sakit kepala dapat diklasifikasikan sebagi berikut :
1. Migren ( dengan dan tanpa aura )
2. Sakit kepala cluster
3. Sakit kepala tension (tegang)
1. Migren
Migren adalah gejala kompleks yang mempunyai karakteristik pada waktu tertentu dan serangan sakit kepala berat yang terjadi berulang-ulang. Penyebab
migren tidak diketahui jelas, tetapi ini dapat disebabkan oleh gangguan vaskuler primer yang biasanya banyak terjadi pada wanita dan mempunyai kecenderungan kuat dalam keluarga.
Tanda dan gejala adanya migren pada serebral merupakan hasil dari derajat iskhemia kortikal yang bervariasi. Serangan dimulai dengan vasokonstriksi arteri kulit kepala dan pembuluh darah retina dan serebral. Pembuluh darah intra dan ekstrakranial mengalami dilatasi, yang menyebabkan nyeri dan ketidaknyamanan. Migren terbagi menjadi 2, yaitu : Migren dengan dan tanpa aura
• Migren Tanpa Aura
Migren tanpa aura adalah tipe yang jauh lebih sering dijumpai, ditemukan pada sekitar 80% dari semua pengidap migren (HIS, 1998). Migren tanpa aura mungkin dimulai di neuron-neuron nosiseptif di pembuluh darah
HIS mendefinisikan migren sebagai paling sedikit lima kali serangan nyeri kepala seumur hidup yang memenuhi criteria berikut, 1998:
Durasi 4 sampai 72 jam apabila tidak diobati.
Nyeri kepala dengan paling sedikit dua dari empat gambaran berikut: lokasi unilateral. Pulsating, intensitas nyeri sedang sampai berat, atau nyeri yang diperparah oleh aktivitas fisik rutin.
Selama nyeri kepala, paling sedikit satu dari dua hal berikut: mual dan muntah atau keduanya, fotofobia dan fonofobia.
Stang dan Osterhaus (1995) dan Cady (1999) menunjukkan bahwa, selama serangan migren, banyak fungsi fisiologik terganggu:
Gangguan pemrosesan sensorik menyebabkan disfungsi penglihatan dan pendengaran (fotofobia dan fonofobia)
Gangguan motilitas GI dapat menyebabkan mual dan muntah serta kesulitan mengkonsumsi obat antimigren oral
Gangguan autonom dapat menimbulkan berbagai gejala seperti diare
Gangguan serebrum dapat menyebabkan perubahan kognitif dan suasana hati.
• Migren dengan aura
Dapat dibagi menjadi empat fase, yaitu:
Fase I Prodromal
Sebanyak 50% pasien mengalami fase prodromal ini yang berkembang pelan-pelan selama 24 jam sebelum serangan. Gejala: kepala terasa ringan , tidak enak, iritabel, memburuk bila makan makanan tertentu seperti makanan manis, mengunyah terlalu kuat, sulit/malas berbicara.
Fase II Aura.
Berlangsung lebih kurang 30 menit, dan dapat memberikan kesempatan bagi pasien untuk menentukan obat yang digunakan untuk mencegah serangan yang dalam. Gejala dari periode ini adalah gangguan penglihatan ( silau ), kesemutan, perasaan gatal pada wajah dan tangan, sedikit lemah pada ekstremitas dan pusing.
Periode aura ini berhubungan dengan vasokonstriksi tanpa nyeri yang diawali dengan perubahan fisiologi awal. Aliran darah serebral berkurang, dengan kehilangan autoregulasi laanjut dan kerusakan responsivitas CO2.
Fase III sakit kepala
Fase sakit kepala berdenyut yang berat dan menjadikan tidak mampu yang dihubungkan dengan fotofobia, mual dan muntah. Durasi keadaan ini bervariasi, beberapa jam dalam satu hari atau beberapa hari.
Fase IV pemulihan.
Periode kontraksi otot leher dan kulit kepala yang dihubungkan dengan sakit otot dan ketegangan lokal. Kelelahan biasanya terjadi, dan pasien dapat tidur untuk waktu yang panjang.
Penyebab
Lebih dari separuh penderita memiliki keluarga dekat yang juga menderita migren, sehingga diduga ada kecenderungan bahwa penyakit ini diturunkan secara genetik.
Migren terjadi jika arteri yang menuju ke otak menjadi sempit ( konstriksi , mengkerut) dan kemudian melebar ( dilatasi ), yang akan mengaktifkan reseptor nyeri di dekatnya.
Apa yang menyebabkan pembuluh darah tersebut mengkerut dan melebar, tidak diketahui. Tetapi kadar serotonin (bahan kimia yang berperan dalam komunikasi sel saraf/ neurotransmiter ) abnormal rendah bisa memicu terjadinya konstriksi pembuluh darah.
Kadang migren disebabkan oleh kelainan pembentukan pembuluh darah; pada kasus seperti ini, sakit kepala hampir selalu dirasakan pada sisi kepala yang sama
Gejala
Sekitar 10-30 menit sebelum sakit kepala dimulai (suatu periode yang disebut aura atau prodromal ), gejala-gejala depresi, mudah tersinggung, gelisah, mual atau hilangnya nafsu makan muncul pada sekitar 20% penderita. Penderita yang lainnya mengalami hilangnya penglihatan pada daerah tertentu (bintik buta atau skotoma ) atau melihat cahaya yang berkelap-kelip. Ada juga penderita yang mengalami perubahan gambaran, seperti sebuah benda tampak lebih kecil atau lebih besar dari sesungguhnya. Beberapa penderita merasakan kesemutan atau kelemahan pada lengan dan tungkainya. Biasanya gejala-gejala tersebut menghilang sesaat sebelum sakit kepala dimulai, tetapi kadang timbul bersamaan dengan munculnya sakit kepala. Nyeri karena migren bisa dirasakan pada salah satu sisi kepala atau di seluruh kepala. Kadang tangan dan kaki teraba dingin dan tampak membiru. Pada penderita yang memiliki aura, pola dan lokasi sakit kepalanya pada setiap serangan migran adalah sama. Migren bisa sering terjadi selama waktu yang panjang tetapi kemudian menghilang selama beberapa minggu, bulan bahkan tahun.
Terapi migren
- Terapi farmakologis
Tatalaksana terapi migren dapat dibagi kepada 4 kategori :
i. Terapi profilaksis
Perlu menghindari pencetus nyeri, seperti perubahan pola tidur, makanan, stress dan rutinitas sehari-hari, cahaya terang, kelap-kelip, perubahan cuaca, berada ditempat yang tinggi seperti gunung atau di pesawat udara.
ii. Terapi abortif
1. Pada serangan ringan sampai sedang atau serangan berat yang berespon baik terhadap obat yang sama dapat dipakai : analgetik NSAIDs(Non-Steroidal Anti-Inflammatory Drugs) oral
2. Bila tidak respon terhadap NSAIDs, dipakai obat spesifik seperti: Triptans (naratriptans, rizatriptan, sumatriptan, zolmitriptan), Dihydro ergotamin (DHE), Obat kombinasi (mis.nya : aspirin dengan asetaminophen dan kafein), Obat golongan ergotamin.
• Untuk kasus ini digunakan obat Sumatriptan.
Sumatriptan adalah termasuk golongan obat triptan yang biasa digunakan untuk migrain, bisa digunakan secara oral, subkutan, atau nasal inhaler (intranasal). Bekerja dengan cara mengikat reseptor seretonin. Menjelang terjadi serangan migrain kerap kali kadar seretonin di otak jadi tidak menentu, sumatriptan bekerja membantu menstabilkan kadar seretonin.
3. Yang tidak respon terhadap obat-obat diatas dapat dipakai opiate dan analgetik yang mengandung butalbital
iii. Langkah menghilangkan rasa nyeri
Terapi abortif mungkin belum mengatasi nyeri secara komplit, mungkin dibutuhkan analgesik NSAIDs. Obat OTCs yang direkomendasikan FDA ialah kombinasi aspirin 250 mg, acetaminophen 250 mg dan caffein 65 mg. Ketoralac tromethamin “non narcotic, non habituating” dapat dipakai, efek sampingnya minim, dosis 60 mg i.m. Analgesik narkotik, anti emetik, pheno-tyhiazines, dan kompres dingin bisa mengurangi nyeri. Analgesik narkotik (codein, meperidine HCL , methadone HCL ) diberikan parenteral, efektif menghilangkan nyeri, hanya menyebabkan ketergantungan. Anti emetik diberikan parenteral atau suppositoria (phenergan, chlopromazine dan prochlorperazine) mempunyai efek sedatif dan anti mual. Transnasal butorphanol tartrate diberikan parenteral. Pemberian nasal efektif karena sifat mukosa hidung lebih cepat mengabsorbsi.
iv. Terapi preventif
Prinsip umum terapi preventif :
1. Mengurangi frekuensi berat dan lamanya serangan
2. Meningkatkan respon pasien terhadap pengobatan
3. Meningkatkan aktivitas sehari-hari, serta pengurangan disabilitas
Indikasi terapi preventif berdasarkan faktor-faktor sebagai berikut:
1. Serangan berulang yang mengganggu aktifitas
2. Nyeri kepala yang sering
3. Ada kontra indikasi terhadap terapi akut
4. Kegagalan terapi atau “over use”
5. Efek samping yang berat pada terapi akut
6. Biaya untuk terapi akut dan preventif
7. Keinginan yang diharapkan penderita
8. Munculnya gejala-gejala dan kondisi yang luar biasa, umpamanya migren basiler hemiplegik, aura yang manjang
Terapi Preventive :
• Pemakaian obat :
Dosis rendah yang efektif dinaikkan pelan-pelan (start low go slow) sampai dosis efektif. Efek klinik tercapai setelah 2-3 bulan
• Pendidikan terhadap penderita :
Teratur memakai obat, perlu diskusi rasional tentang pengobatan, efek samping
• Evaluasi :
“Headache diary” merupakan suatu “gold standart” evaluasi serangan, frekuensi, lama, beratnya serangan, disabilitas dan respon obat
• Kondisi penyakit lain : Pedulikan kelainan yang sedang diderita seperti stroke, infark myocard, epilepsi dan ansietas, penderita hamil (efek teratogenik), hati-hati interaksi obat-obat
Sumatriptan
Triptan merupakan serotonin 5-HT1B/1D–receptor agonists. Golongan obat ini ditemukan dalam suatu penelitian mengenai serotonin dan migraine yang mendapatkan adanya suatu atypical 5-HT receptor. Melalui aktivasi terhadap novel receptor ini terbukti dapat menutup anastomosis dari arteriovenosa kranialis (cranial arteriovenous anastomoses), dimana reseptor ini secara in vivo diketahui memiliki distribusi anatomis sangat terbatas. Dewasa ini telah dikenal terdapat tujuh subklas utama dari 5-HT receptors — klas 1 sampai 7. Semua triptan dapat mengaktivasi reseptor 5-HT1B/1D, serta dalam potensi yang lebih ringan dapat mengaktivasi reseptor 5-HT1A atau 5-HT1F. Tampaknya, aktivitas 5-HT1B/1D–agonist merupakan mekanisme utama dari efek therapeutik golongan triptan.
Farmakologi Sumatriptan merupakan triptan yang termasuk dalam grup sulfonamide. Menjelang terjadi serangan migren, kerapkali kadar serotonin di otak menjadi sangat tak menentu. Sumatriptan bekerja membantu menstabilkan kadar serotonin di otak. Sumatriptan secara struktural sama dengan serotonin, dan obat ini bertindak sebagai agonis reseptor 5-HT (5-HT1D), yakni salah satu reseptor serotonin. Subtipe reseptor spesifik yang diaktifkannya ada dalam arteri kranial dan basilar. Aktivasi reseptor ini menyebabkan vasokontriksi dari arteri yang berdilatasi. Sumatriptan juga terlihat menurunkan aktivitas saraf trigeminal.
Sumatriptan diberikan beberapa bentuk, tablet, injeksi subkutan, dan semprot hidung. Pemberian oral (seperti succinate) memiliki bioavailabilitas buruk, sebagian terkait dengan metabolisme prasistemik, beberapa diantaranya rusak di lambung dan aliran darah sebelum mencapai arteri target. Formulasi tablet baru dengan pelepasan dipercepat memiliki bioavailabilitas sama, tapi konsentrasi maksimum dicapai sekitar 10-15 menit lebih awal.
Ketika diinjeksikan, sumatriptan bekerja lebih cepat (biasanya dalam satu menit), tapi efek berakhir juga lebih pendek. Sumatriptan dimetabolisme terutama oleh monoamine oxidase A menjadi suatu analog asam asetat indol, bagian yang lebih lanjut mengalami konjugasi dengan asam glukoronat. Metabolit ini dieksresikan pada urin dan empedu.
Indikasi Serangan migren akut dengan atau tanpa aura
Dosis & Cara Pemberian Dosis awal 100 mg. Jika gejala timbul lagi, dosis bisa diulang maksimal 300 mg per hari dengan interval pemberian lebih kurang dua jam.
Kontraindikasi Penyakit jantung iskemik, riwayat infark miokard, prinzmetal’s angina, dan hipertensi yang tidak terkontrol.
Interaksi *Obat yang mengandung ergot dilaporkan bisa menyebabkan perpanjangan reaksi vasospastik. Oleh karena itu, penggunaan obat yang mengandung ergot atau tipe ergot semisal dihydroergotamine atau dan sumatriptan dalam 24 jam harus dihindari.
*MAO-A inhibitor mengurangi klirens sumatriptan, sehingga secara signifikan bisa meningkatkan paparan sistemik.
*Selective serotonin reuptake inhibitors (SSRIs) semisal fluoxetine, fluvoxamine, paroxetine, dan sertraline, telah dilaporkan, meski jarang, menyebabkan lemah, hiperrefleksia, dan inkoordinasi.
Efek Samping Flushing, pusing, lemah, drownsiness, mual dan muntah, peningkatan tekanan darah sementara.
Nama dagang Imitrex, Cetatrex, Triptagic
Kerja antagonis serotonin
Cara kerja sumatriptan
Triptan memiliki tiga mekanisme kerja yang potensial:
- vasokonstriksi kranial
- inhibisi neuronal perifer
- inhibisi terhadap transmisi yang melewati second-order neurons dari trigeminocervical complex.
Ketiga mekanisme kerja tersebut menghambat efek yang ditimbulkan oleh teraktivasinya serabut aferen nosiseptif trigeminal (activated nociceptive trigeminal afferents); melalui mekanisme inilah triptan menghentikan serangan akut migraine.
Zolmitriptan
Farmakologi Zolmitriptan merupakan agonis selektif reseptor 5-hydroxytryptamine 1B/1D (5-HT 1B/1D ). Ini merupakan triptan generasi kedua, untuk serangan akut migrain dengan atau tanpa aura dan cluster headaches. Obat ini tidak ditujukan untuk terapi profilaksis migren atau untuk penggunaan manajemen migren hemiplegic atau basilar.
Zolmitriptan diabsorpsi dengan baik setelah pemberian oral dan kadar puncak plasma terjadi dalam 2 jam. Bioavailabilitas absolute sekitar 40%. Waktu paruh zolmitriptan dan metabolit N-desmethyl adalah 3 jam. Karena potensi metabolit 5HT1B/1D sekitar 2-6 kali obat induk, maka metabolit berkontribusi besar dalam efek keseluruhan setelah pemberian zolmitriptan. Tmax metabolit sekitar 2-3 jam. Tidak terjadi akumulasi pada pemberian dosis multiple.
Indikasi Mengatasi serangan akut dengan atau tanpa aura pada dewasa. Tidak ditujukan untuk terapi profilaksis migren atau untuk tatalaksana migren hemiplegi atau basilar.
Dosis & Cara Pemberian Pada uji klinis, dosis tunggal 1; 2,5 dan 5 mg efektif mengatasi serangan akut. Pada perbandingan dosis 2,5 dan 5 mg, hanya terjadi sedikit penambahan manfaat dari dosis lebih besar, namun efek samping meningkat. Oleh karena itu, pasien sebaiknya mulai dengan doss 2,5 atau lebih rendah. Jika sakit terasa lagi, dosis bisa diulang setelah 2 jam, dan tidak lebih dari 10 mg dalam periode 24 jam.
Kontraindikasi Pasien dengan penyakit jantung iskemik (angina pectoris, riwayat infark miokard, atau silent iskemik, pasien yang memiliki gejala penyakit jantung iskemik, coronary artery vasospasm, termasuk Prinzmetal's variant angina, dan pasien hipersensitif.
Zolmitriptan tidak boleh digunakan dalam 24 jam bersama dengan agonis 5HT1, atau obat tipe ergot.
Pemberian zolmitriptan bersamaan dengan MAO A inibitor atau penggunaan zolmitriptan dalam 2 minggu penghentian MAO A inhibitor.
Interaksi MAO Inhibitor: meningkatkan bioavailabilitas keduanya. Propranolol: Cmax dan AUC zolmitriptan meningkat 1,5 kali lipat setelah satu minggu pemberian propranolol dosis160 mg/day. Cmax dan AUC metablot N-desmethyl berkurang 30% dan 15%, masing-masingnya. Kontrasepsi oral : studi retrospektif menunjukkan konsentrasi plasma zolmitriptan biasanya lebih tinggi pada wanita yang menggunakan kontraspsi oral. Cmax dan AUC zolmitriptan ditemukan lebih tinggi sekitar 30% dan 50%, masing-masingnya. Tmax obat ini juga tertunda sekitar setengah jam pada wanita yang menggunakan kontrasepsi. Simetidin : waktu paruh dan AUC zolmatriptan 5 mg dan metabolit aktifnya meningkat dua kali lipat. Obat yang mengandung ergot : dilaporkan bisa memperpanjang reaksi vasospastik. Sehingga penggunaan keduanya dalam 24 jam harus dihindarkan.
Efek Samping
Efek terhadap jantung termasuk infark miokard dikaitkan zolmitriptan. Beberapa efek samping yang mungkin timbul : hiperestesia, parestesia, sensasi hangat dan dingin, nyeri dada, mulut kering, dispepsia, disfagia, nausea, mengantuk, vertigo, astenia, mialgia, miastenia, berkeringat.
Nama dagang Zomig
Eletriptan
Farmakologi Eletriptan terikat dengan afinitas tinggi terhadap reseptor 5-HT1B, 5-HT1D dan 5-HT1F, afinitas rendah dengan reseptor 5-HT1A, 5-HT1E, 5-HT2B dan 5-HT7 , serta sedikit atau bahkan tidak ada sama sekali terhadap reseptor 5-HT2A, 5-HT2C, 5-HT3, 5-HT4, 5-HT5A dan 5-HT6. Eletriptan tidak memiliki afinitas signifikan atau aktivitas farmakologi pada adrenergic alpha1, alpha2, atau beta; dopaminergik D1 atau D2; muskarinik; atau reseptor opiod.
Dua teori telah diajukan untuk menjelaskan efikasi agonis reseptor 5-HT pada migren. Teori pertama, aktivasi reseptor 5-HT1 pada pembuluh darah intrakranial, termasuk pada arteriovenous anastomoses, sehingga mengalami vasokontriksi yang berkorelasi dengan meredanya sakit kepala migren. Hipotesis lainnya, aktivasi reseptor 5-HT1 pada ujung saraf sensoris pada system trigeminal menghambat pelepasan pro-inflammatory neuropeptida.
Eletriptan dapat diabsorpsi dengan baik setelah pemberian oral dengan waktu tercapainya kadar puncak plasma (Tmax) sekitar 1,5 jam pada subjek sehat. Pada pasien dengan migren sedang sampai parah, Tmax rata-rata 2 jam. Bioavailabilitas absolut eletriptan sekitar 50%. AUC dan Cmax eletriptan meningkat sekitar 20-30% bila diberikan bersama makanan kaya lemak.
Metabolit N-demethylated eletriptan merupakan satu-satunya metabolit yang diketahui juga aktif. Metabolit menyebabkan vasokontriksi serupa dengan obat induk. Waktu paruhnya sekitar 13 jam, konsentrasi plasma metabolit N-demethylated sekitar 10-20% obat induk, sehingga diperkirakan tidak berkontribusi signifikan terhadap efek keseluruhan.Sementara eletriptan sendiri memiliki waktu paruh eliminasi sekitar 4 jam.
Indikasi Penanganan migren akut dengan atau tanpa aura.
Dosis & Cara Pemberian Pada uji klinis, dosis 20 dan 40 mg efektif untuk serangan migren akut. Jumlah pasien yang berespon dengan dosis 40 mg lebih besar. Pemilihan dosis harus dilakukan secara individual. Dosis 80 mg, meski juga efektif, namun meningkatkan insiden efek samping. Jika setelah pemberian dosis awal, sakit terasa lagi bisa diberikan dosis kedua setidaknya dua jam setelah dosis pertama. Dosis maksimum harian tidak melebihi 80 mg.
Interaksi Obat yang mengandung ergot: menyebabkan perpanjangan reaksi vasospastik.
Inhibitors: Eletriptan dimetabolisme terutama oleh CYP3A4. Propranolol: Cmax dan AUC eletriptan meningkat masing-masing 10 dan 33% dengan keberadaan propanolol. Selective serotonin reuptake inhibitors (SSRIs): SSRIs (e.g., fluoxetine, fluvoxamine, paroxetine, sertraline), meski jarang menyeabkan lemah, hiperrefleksia, dan inkoordinasi saat diberikan bersama dengn agonis 5-HT1.
Efek Samping Efek yang dialami pada lebih dari 2% pasien (total 988: parestesia, flushing, hangat, nyeri dada, rasa tidak enak pada perut, mulut kering, dispepsia, disfagia, nausea, pusing, sakit kepala, mengantuk.
Nama Dagang Relpax
- Terapi non-farmakologis
Meditasi
Terdapat banyak macam meditasi tetapi semua mengkonsentrasikan perhatian atau kesadar yang pada suatu titik. pada konsentrasi visual, konsentrasi ditujukan pada suatu benda, seperti bunga, sedang pada meditasi lainya nyanyian atau doa yang menjadi fokusnya. apapun fokusnya, hal ini myebabkan bagian otak yang tak dominan berada pada pusat kesadaran menggantikan bagian dominan dan egosentris. hal ini menurunkan tekanan darah dan denyut jantung serta menyebabkan kondisi seperti keadaan relaksasi.
Program Relaksasi
Relaksasi Neuromuscular Progresive
keadaan ini merupakan serangkaian latihan melakukan kontraksi dan relaksasi otot-otot tertentu dalam aturan tertentu untuk menghasilkan keadaan relaksasi dalam
Yoga
Ini merupakan cara untuk merelaksasikan pikiran dan badan. metode ini dapat dilakukan dirumah.
Olah Raga
Hal ini menjaga sistem peredaran darah tetap baik dan mengembangkan kemampuan untuk relaksasi keduanya merupakan aspek penting dalam pengobatan migrain. berjalan merupakan kegemaran yang paling populer di inggris pada saat ini dan merupakan bentuk olahraga dan relaksasi yang sangat baik. Tetapi olahraga yang berlebihan seperti squash, joging dan main bolajustru dapat menyebabkan migrain.
Ahli Psikologi
Banyak orang memutuskan untuk pergi kepsikologi karena menganggap mereka memerlukan perilaku penyimpangna yang perlu dianalisis. Umumnya psikolog akan menawarkan program penanggulanngan kecemasan yang meliputi latihan pernafasan, meditasi, biofeedback, serta psikoterapi. sebagian besar rumah sakit memiliki fasilitas ini.
Akupuntur
Metode ini merupakan suatu cina kuno yang berupa penusukan jarung pada titik khusus pada badan untuk mengobati penyakit dan menyembuhkan rasa sakit. Ini merupakan tindakan yang tidak menimbulkan rasa nyeri dan barang kali merupakan terapi alternatif yang makin terpercaya dan makin populer dikalangan kini, yang satu adalah metode penusukan jarum tradisional yang didasarkan atas prinsip-prinsip cina tradisional yang didasarkan atas prinsip-prinsip cina tradisional dalam melakukan diagnosis dan pengobatan. Yang kedua merupakan metode modifikasi biasanya dilakukan dikalangan dokter dalam pengobatan konvensional dan terutama untuk efek penghilang sakitnya saja.
Akupuntur menusukan jarum dari baja anti karat secara tegak lurus atau miring dengan berbagai cara kedalam kulit.titik lalu dimanipulasi dengan cara memutar jarum atau memberikan arus listrik selama 10 sampai 20 menit.
Aroma Terapi
Ini merupakan suatu bentuk terapi alternatif yang terdiri dari tindakan menghisap atau inhalasi. Metode ini hanya memperhatikan diagnosis dan tujuan yang utama adalah mengobati gejala. Tetapi minyak yang digunakan untuk pemijatan umumnya mempunyai harga yang relatif maha orang yang memperhatikan metode pengobatan yang ini mengisyaratkaigunakan materi yang berasal dari tanaman untuk pengobatan.
Hipnoterapi
Hipnotis sebaiknya dilakukan oleh seorang dokter, dokter gigi dan psikologi yang terlatih dan bermutu. Ada beberapa bukti yang menunjukan bahwa hipoterapi dapat bermanfaat untuk pengobatan migrain.
2. Cluster Headache
Cluster Headache adalah beentuk sakit kepal vaskuler lainnya yang sering terjadi pada pria. Tipe sakit kepala ini dikaitkan dengan dilatasi didaerah dan sekitar arteri ekstrakranualis, yang ditimbulkan oleh alkohol, nitrit, vasodilator dan histamin. Sakit kepala ini berespon terhadap klorpromazin.
Serangan pada cluster headache datang dalam bentuk yang menumpuk atau berkelompok, dengan nyeri yang menyiksa didaerah mata dan menyebar kedaerah wajah dan temporal. Nyeri diikuti mata berair dan sumbatan hidung. Serangan berakhir dari 15 menit sampai 2 jam yang menguat dan menurun kekuatannya.
Penyebab
Penyebab cluster headache masih belum diketahui. Tapi serangan bisa juga disebabkan oleh alkohol dan kekurangan oksigen (misalnya di daerah pegunungan). Cluster headache sepertinya tidak berkaitan dengan penyakit lainnya pada otak.
Berdasarkan jangka waktu periode cluster dan periode remisi, international headache society telah mengklasifikasikan cluster headache menjadi dua tipe :
1. Episodik, dalam bentuk ini cluster headache terjadi setiap hari selama satu minggu sampai satu tahun diikuti oleh remisi tanpa nyeri yang berlangsung beberapa minggu sampai beberapa tahun sebelum berkembangnya periode cluster selanjutnya.
2. Kronik, dalam bentuk ini cluster headache terjadi setiap hari selama lebih dari satu tahun dengan tidak ada remisi atau dengan periode tanpa nyeri berlangsung kurang dari dua minggu.
Sekitar 10 sampai 20 % orang dengan cluster headache mempunyai tipe kronik. Cluster headache kronik dapat berkembang setelah suatu periode serangan episodik atau dapat berkembang secara spontan tanpa di dahului oleh riwayat sakit kepala sebelumnya. Beberapa orang mengalami fase episodik dan kronik secara bergantian.
Para peneliti memusatkan pada mekanisme yang berbeda untuk menjelaskan karakter utama dari cluster headache. Mungkin terdapat riwayat keluarga dengan cluster headache pada penderita, yang berarti ada kemungkinan faktor genetik yang terlibat. Beberapa faktor dapat bekerja sama menyebabkan cluster headache.
Tanda dan Gejala
Cluster headache menyerang dengan cepat, biasanya tanpa peringatan. Dalam hitungan menit nyeri yang sangat menyiksa berkembang. Rasa nyeri tersebut biasanya berkembang pada sisi kepala yang sama pada periode cluster, dan terkadang sakit kepala menetap pada sisi tersebut seumur hidup pasien. Jarang sekali rasa nyeri berpindah ke sisi lain kepala pada periode cluster selanjutnya. Jauh lebih jarang lagi rasa nyeri berpindah-pindah setiap kali terjadi serangan.
Rasa nyeri pada cluster headache seringkali digambarkan sebagai suatu nyeri yang tajam, menusuk, atau seperti terbakar. Orang-orang dengan kondisi ini mengatakan bahwa rasa sakitnya seperti suatu alat pengorek yang panas ditusukkan pada mata atau seperti mata di dorong keluar dari tempatnya.
Gelisah
Orang-orang dengan cluster headache tampak gelisah, cenderung untuk melangkah bolak-balik atau duduk sambil menggoyang-goyangkan badannya ke depan dan ke belakang untuk mengurangi rasa sakit. Mereka mungkin dapat menekan tangannya pada mata atau kepala atau meletakkan es ataupun kompres hangat pada daerah yang sakit. Berlawanan dengan orang-orang dengan migraine, orang-orang dengan cluster headache biasanya menghindari untuk berbaring pada masa serangan karena sepertinya posisi ini hanya menambah rasa sakit.
Banyak orang dengan cluster headache memilih untuk sendirian. Mereka mungkin tetap berada di luar rumah bahkan pada cuaca yang sangat dingin, selama masa serangan. Mereka mungkin berteriak, membenturkan kepala ke dinding atau melukai dirinya sendiri untuk mengalihkan perhatian dari sakit yang tidak tertahankan. Beberapa orang menyatakan pengurangan rasa sakit dengan berlatih, seperti lari di tempat atau melakukan shit-up atau push-up.
Mata Berair dan Hidung Tersumbat
Cluster headache selalu dipicu oleh respon sistem saraf otonom. Sistem ini mengontrol banyak aktivitas vital tanpa disadari dan kita tidak harus memikirkan apa yang dilakukannya. Contohnya, sistem saraf otonom mengatur tekanan darah, denyut jantung, keringat dan suhu tubuh. Respon tersering sistem otonom pada cluster headache adalah keluarnya air mata berlebihan dan mata merah pada sisi yang sakit.
Tanda dan gejala lainnya yang mungkin bersamaan dengan cluster headache antara lain :
a. Lubang hidung tersumbat atau berair pada sisi kepala yang terserang.
b. Kemerahan pada muka.
c. Bengkak di sekitar mata pada sisi wajah yang terkena.
d. Ukuran pupil mengecil.
e. Kelopak mata sulit untuk dibuka.
Tanda dan gejala tersebut hanya terjadi selama masa serangan. Namun demikina pada beberapa orang kelopak mata yang sulit ditutup dan mengecilnya ukuran pupil tetap ada lama setelah periode serangan. Beberapa gejala-gejala seperti migraine termasuk mual, fotofobia dan fonofobia, serta aura dapat terjadi pada cluster headache.
Pemicu Cluster Headache
Tidak seperti migraine dan sakit kepala tipe tension, cluster headache umumnya tidak berkaitan dengan pemicu seperti makanan, perubahan hormonal atau stress. Namun pada beberapa orang dengan cluster headache adalah merupakan peminum berat dan perokok berat. Setelah periode cluster dimulai, konsumsi alkohol dapat memicu sakit kepala yang sangat parah dalam beberapa menit. Untuk alasan ini banyak orang dengan cluster headache menjauhkan diri dari alkohol selama periode cluster. Pemicu lainnya adalah penggunaan obat-obatan seperti nitrogliserin, yang digunakan pada pasien dengan penyakit jantung.
Permulaan periode cluster seringkali setelah terganggunya pola tidur yang normal, seperti pada saat liburan atau ketika memulai pekerjaan baru atau jam kerja yang baru. Beberapa orang dengan cluster headache juga mengalami apnea pada saat tidur, suatu kondisi dimana terjadinya kolaps sementara pada dinding tenggorokan sehingga menyumbat jalan nafas berulang kali pada saat tidur.
Peningkatan Sensitivitas dari Jalur Saraf
Nyeri yang sangat pada cluster headache berpusat di belakang atau di sekitar mata, di suatu daerah yang dipersarafi oleh nervus trigeminus, suatu jalur nyeri utama. Rangsangan pada saraf ini menghasilkan reaksi abnormal dari arteri yang menyuplai darah ke kepala. Pembuluh darah itu akan berdilatasi dan menyebabkan nyeri.
Beberapa gejala dari cluster headache seperti mata berair, hidung tersumbat dan atau berair, serta kelopak mata yang sulit diangkat melibatkan sistem saraf otonom. Saraf yang merupakan bagian dari sistem ini membentuk suatu jalur pada dasar otak. Ketika saraf trigeminus di aktivasi, menyebabkan nyeri pada mata, sistem saraf otonom juga diaktivasi dengan apa yang disebut refleks trigeminal otonom. Para peneliti percaya bahwa masih ada proses yang belum diketahui yang melibatkan peradangan atau aktivitas pembuluh darah abnormal pada daerah ini yang mungkin terlibat menyebabkan sakit kepala.
Fungsi Abnormal dari Hipotalamus
Serangan cluster biasanya terjadi dengan pengaturan seperti jam 24 jam sehari. Siklus periode cluster seringkali mengikuti pola musim dalam satu tahun. Pola ini menunjukkan bahwa jam biologis tubuh ikut terlibat. Pada manusia jam biologis terletak pada hipotalamus yang berada jauh di dalam otak. Dari banyak fungsi hipotalamus, bagian ini mengontrol siklus tidur bangun dan irama internal lainnya. Kelainan hipotalamus mungkin dapat menjelaskan adanya pengaturan waktu dan siklus pada cluster headache. Penelitian telah menemukan peningkatan aktivitas di dalam hipotalamus selama terjadinya cluster headache. Peningkatan aktivitas ini tidak ditemukan pada orang-orang dengan sakit kepala lainnya seperti migraine.
Penelitian juga menemukan bahwa orang-orang yang mempunyai tingkat hormon tertentu yang abnormal, termasuk melatonin dan testoteron, kadar hormon tersebut meningkat pada periode cluster. Perubahan hormon-hormon tersebut dipercayai karena ada masalah pada hipotalamus. Peneliti lainnya menemukan bahwa orang-orang dengan cluster headache mempunyai hipotalamus yang lebih besar daripada mereka yang tidak memiliki cluster headache. Namun masih belum diketahui mengapa bisa terjadi kelainan-kelainan semacam itu.
Karakteristik Periode Cluster
Suatu periode cluster umumnya berlangsung antara 2 sampai 12 minggu. Periode cluster kronik dapat berlanjut lebih dari satu tahun. Tanggal permulaan dan jangka waktu dari tiap-tiap periode cluster seringkali dengan sangat mengagumkan konsisten dari waktu ke waktu. Untuk kebanyakan orang, periode cluster dapat terjadi musiman, sperti tiap kali musim semi atau tiap kali musim gugur. Adalah biasa untuk cluster bermula segera setelah salah satu titik balik matahari. Seiring dengan waktu periode cluster dapat menjadi lebih sering, lebih sulit untuk diramalkan, dan lebih lama.
Selama periode cluster, sakit kepala biasanya terjadi tiap hari, terkadang beberapa kali sehari. Suatu serangan tunggal rata-rata berlangsung 45 sampai 90 menit. Serangan terjadi pada waktu yang sama dalam tiap 24 jam. Serangan pada malam hari lebih sering daripada siang hari, seringkali berlangsung 90 menit sampai 3 jam setelah tertidur. Waktu tersering terjadinya serangan adalah antara jam satu sampai jam dua pagi, antara jam satu sampai jam tiga siang dan sekitar jam sembilan malam.
Cluster headache dapat menakutkan penderita serta orang-orang di sekitarnya. Serangan yang sangat membuat lemah sepertinya tak tertahankan. Namun nyerinya seringkali hilang mendadak sebagaimana ia di mulai, dengan intensitas yang menurun secara cepat. Setelah serangan, kebanyakan orang bebas sepenuhnya dari rasa sakit namun mengalami kelelahan. Kesembuhan sementara selama periode cluster dapat berlangsung beberapa jam sampai sehari penuh sebelum serangan selanjutnya.
Terapi
Tidak ada terapi untuk menyembuhkan cluster headache. Tujuan dari pengobatan adalah menolong menurunkan keparahan nyeri dan memperpendek jangka waktu serangan. Obat-obat yang digunakan untuk cluster headache dapat dibagi menjadi obat-obat simtomatik dan profilaktik. Obta-obat simtomatik bertujuan untuk menghentikan atau mengurangi rasa nyeri setelah terjadi serangan cluster headache, sedangkan obat-obat profilaktik digunakan untuk mengurangi frekuensi dan intensitas eksaserbasi sakit kepala.
Karena sakit kepala tipe ini meningkat dengan cepat pengobatan simtomatik harus mempunyai sifat bekerja dengan cepat dan dapat diberikan segera, biasanya menggunakan injeksi atau inhaler daripada tablet per oral.
Pengobatan simtomatik termasuk :
1. Oksigen. Menghirup oksigen 100 % melalui sungkup wajah dengan kapasitas 7 liter/menit memberikan kesembuhan yang baik pada 50 sampai 90 % orang-orang yang menggunakannya. Terkadang jumlah yang lebih besar dapat lebih efektif. Efek dari penggunaannya relatif aman, tidak mahal, dan efeknya dapat dirasakan setelah sekitar 15 menit. Kerugian utama dari penggunaan oksdigen ini adalah pasien harus membawa-bawa tabung oksigen dan pengaturnya, membuat pengobatan dengan cara ini menjadi tidak nyaman dan tidak dapat di akses setiap waktu. Terkadang oksigen mungkin hanya menunda daripada menghentikan serangan dan rasa sakit tersebut akan kembali.
2. Sumatriptan. Obat injeksi sumatriptan yang biasa digunakan untuk mengobati migraine, juga efektif digunakan pada cluster headache. Beberapa orang diuntungkan dengan penggunaan sumatriptan dalam bentuk nasal spray namun penelitian lebih lanjut masih perlu dilakukan untuk menentukan keefektifannya.
3. Ergotamin. Alkaloid ergot ini menyebabkan vasokontriksi pada otot-otot polos di pembuluh darah otak. Tersedia dalam bentuk injeksi dan inhaler, penggunaan intra vena bekerja lebih cepat daripada inhaler dosis harus dibatasi untuk mencegah terjadinya efek samping terutama mual, serta hati-hati pada penderita dengan riwayat hipertensi.
4. Obat-obat anestesi lokal. Anestesi lokal menstabilkan membran saraf sehingga sel saraf menjadi kurang permeabel terhadap ion-ion. Hal ini mencegah pembentukan dan penghantaran impuls saraf, sehingga menyebabkan efek anestesi lokal. Lidokain intra nasal dapat digunakan secara efektif pada serangan cluster headache. Namun harus berhati-hati jika digunakan pada pasien-pasien dengan hipoksia, depresi pernafasan, atau bradikardi.
Obat-obat profilaksis :
1. Anti konvulsan. Penggunaan anti konvulsan sebagai profilaksis pada cluster headache telah dibuktikan pada beberapa penelitian yang terbatas. Mekanisme kerja obat-obat ini untuk mencegah cluster headache masih belum jelas, mungkin bekerja dengan mengatur sensitisasi di pusat nyeri.
2. Kortikosteroid. Obat-obat kortikosteroid sangat efektif menghilangkan siklus cluster headache dan mencegah rekurensi segera. Prednison dosis tinggi diberikan selam beberapa hari selanjutnya diturunkan perlahan. Mekanisme kerja kortikosteroid pada cluster headache masih belum diketahui.
Pembedahan
Pembedahan di rekomendasikan pada orang-orang dengan cluster headache kronik yang tidak merespon dengan baik dengan pengobatan atau pada orang-orang yang memiliki kontraindikasi pada obat-obatan yang digunakan. Seseorang yang akan mengalami pembedahan hanyalah yang mengalami serangan pada satu sisi kepal saja karena operasi ini hanya bisa dilakukan satu kali. Orang-orang yang mengalami serangan berpindah-pindah dari satu sisi ke sisi yang lain mempunyai resiko kegagalan operasi.
Ada beberapa tipe pembedahan yang dapat dilakukan untuk mengobati cluster headache. Prosedur yang dilakukan adalah merusak jalur saraf yang bertanggungjawab terhadap nyeri.
Blok saraf invasif ataupun prosedur bedah saraf non-invasif (contohnya radio frekuensi pericutaneus, gangliorhizolisis trigeminal, rhizotomi) telah terbukti berhasil mengobati cluster headache. Namun demikian terjadi efek samping berupa diastesia pada wajah, kehilangan sensoris pada kornea dan anestesia dolorosa.
Pembedahan dengan menggunakan sinar gamma sekarang lebih sering digunakan karena kurang invasif. Metode baru dan menjanjikan adalah penanaman elektroda perangsang dengan menggunakan penunjuk jalan stereostatik di bagian inferior hipotalamus. Penelitian menunjukkan bahwa perangsangan hipotalamus pada pasien dengan cluster headache yang parah memberikan kesembuhan yang komplit dan tidak ada efek samping yang signifikan.
Pencegahan
Karena penyebab dari cluster headache masih belum diketahui dengan pasti kita belum bisa mencegah terjadinya serangan pertama. Namun kita dapat mencegah sakit kepala ulangan yang lebih berat. Penggunaan obat-obat preventif jangka panjang lebih menguntungkan dari yang jangka pendek. Obat-obat preventif jangka panjang antara lain adalah penghambat kanal kalsium dan kanal karbonat. Sedangakan yang jangka pendek termasuk diantaranya adalah kortikosteroid, ergotamin dan obat-obat anestesi lokal.
Menghindari alkohol dan nikotin dan faktor resiko lainnya dapat membantu mengurangi terjadinya serangan.
Prognosis
• 80 % pasien dengan cluster headache berulang cenderung untuk mengalami serangan berulang.
• Cluster headache tipe episodik dapat berubah menjadi tipe kronik pada 4 sampai13 % penderita.
• Remisi spontan dan bertahan lama terjadi pada 12 % penderita, terutama pada cluster headache tipe episodik.
• Umumnya cluster headache adalah masalah seumur hidup.
• Onset lanjut dari gangguan ini teruama pada pria dengan riwayat cluster headache tipe episodik mempunyai prognosa lebih buruk.
3. Tension Headache
Stress fisik dan emosional dapat menyebabkan kontraksi pada otot-otot leher dan kulit kepala, yang menyebabkan sakit kepala karena tegang. Karakteristik dari sakit kepala ini perasaan ada tekanan pada dahi, pelipis, atau belakang leher. Hal ini sering tergambar sebagai “beban berat yang menutupi kepala”. Sakit kepala ini cenderung kronik daripada berat. Pasien membutuhkan ketenangan hati, dan biasanya keadaan ini merupakan ketakutan yang tidak terucapkan.Bantuan simtomatik mungkin diberikan untuk memanaskan pada lokasi, memijat, analgetik, antidepresan dan obat relaksan otot.
Penyebab
Ketegangan otot bisa disebabkan oleh posisi tubuh yang kurang enak, stres sosial atau psikis dan kelelahan.
Gejala
Sakit kepala tension biasanya dimulai pada pagi hari atau menjelang sore hari dan memburuk sepanjang hari.
Nyeri agak hebat yang menetap seringkali dirasakan diatas mata atau di kepala bagian belakang; suatu perasaan dimana kepala seperti terikat oleh tali yang disertai dengan rasa nyeri.
Nyeri bisa menyebar ke seluruh kepala dan kadang sampai ke leher bagian belakang dan bahu.
Diagnosa
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik. Dilakukan pemeriksaan untuk menyingkirkan kelainan fisik dan penilaian faktor psikis serta kepribadian.
Pengobatan
Jika sakit kepala mulai dirasakan, lakukanlah pemijatan pada otot-otot leher, bahu dan kepala; berbaring dan rileks selama beberapa meni. Obat pereda nyeri yang dijual bebas (misalnya Aspirin , asetaminofen atau ibuprofen ) bisa diberikan untuk mengurangi gejala. Sakit kepala yang lebih hebat mungkin memerlukan obat pereda nyeri yang lebih kuat. Pada beberapa penderita, kafein bisa menambah efek obat pereda nyeri, tetapi terlalu banyak kafein juga bisa menyebabkan sakit kepala. Sakit kepala yang disebabkan oleh stres atau depresi menahun, tidak akan menunjukkan perbaikan jika hanya diobati dengan obat pereda nyeri. Penderita juga memerlukan bantuan profesional untuk membantu mengatasi masalah psikisnya.
Pencegahan
Sakit kepala tension seringkali dapat dicegah atau dikendalikan dengan cara menghindari atau memahami dan menyesuaikan diri dengan stres sebagai penyebabnya.
Membedakan Sakit Kepala
Jenis atau Penyebab Ciri Khas Faktor pemicu Pemeriksaan Diagnostik
Ketegangan otot Sakit kepala sering terjadi
Nyeri hilang timbul, tidak terlalu berat & dirasakan di kepala bagian depan & belakang, atau penderita merasakan kekakuan menyeluruh Kontraksi otot di kepala Pemeriksaan untuk menyingkirkan penyakit fisik
Penilaian faktor psikis & kepribadian
Migren Nyeri dimulai di dalam & di sekitar mata atau pelipis, menyebar ke satu atau kedua sisi kepala, biasanya mengenai seluruh kepala tetapi bisa hanya pada satu sisi kepala, berdenyut & disertai dengan hilangnya nafsu makan, mual & muntah Faktor psikologis
‰ Stress, depresi
Faktor lingkungan
‰ Rokok
‰ Bau menyengat
‰ Perubahan cuaca
‰ Cahaya atau suara
Faktor makanan
‰ Yg mengandung tiramin
‰ Food additive (MSG,
aspartam)
‰ Coklat,kopi
‰ Jeruk
Obat-obatan
‰ Simetidin
‰ Kokain
‰ Fluoksetin
‰ Indometasin
‰ Nikotin
‰ Nifedipin, dll.
Faktor hormonal
‰ Mens
‰ Hamil, menopause
Gaya hidup
‰ Kurang atau kebanyakan tidur
‰ Terlambat makan, dll. Jika diagnosisnya masih meragukan & sakit kepala baru terjari, dilakukan CT scan atau MRI atau diberikan obat migren untuk melihat efeknya
Sakit kepala cluster Serangannya singkat (1 jam)
Nyeri sangat hebat & dirasakan di satu sisi kepala
Serangan terjadi secara periodik dalam sebuah kelompok (diselingi periode bebas sakit kepala) & terutama menyerang pria
Disertai dengan pembengkakan mata, hidung meler & mata berair pada sisi yg sama dengan nyeri
Pemicu utama : alkohol dan merokok
Penggunaan obat-obatan seperti nitrogliserin, yang digunakan pada pasien dengan penyakit jantung.
Obat migren diberikan untuk melihat efeknya misalnya sumatriptan, atau obat yang bersifat vasokonstriktor, kortikosteroid.
C. PENGKAJIAN
1. Anamnesa
a. Identitas pasien
Nama : Ny.A
Umur : 28 Tahun
Jenis Kelamin : Wanita
b. Riwayat kesehatan :
- Keluhan utama : sakit kepala (migrain) yang ditandai dengan mual dan aura sebelum terjadinya migrain.
• Provoking incident (P):
- Tanyakan pada klien apakah ada peristiwa yang menjadi penyebab nyeri ( factor presipitasi ) terjadinya sakit kepala. Dalam kasus migren faktor pencetus bisa karena stress.
- Tanyakan apakah ada faktor-faktor yang dapat membantu menghilangkan nyeri kepala ?
- Tanyakan apakah terdapat tanda-tanda yang mendahului ( gejala prodomal ) ?
• Quality, quantity (Q):
- Kaji seperti apa nyeri yang dirasakan?
- Apakah tumpul, sakit menetap, rasa seperti tertekan benda berat, hilang timbul, terus-menerus? Apakah nyeri menyebar?
- Tanyakan kepada klien tentang nyeri kepala itu berdiri sendiri atau disertai dengan perasaan lain seperi mual, muntah, pusing, photopobia, pandangan kabur ?
• Region, radiation, relief (R):
Tanyakan pada klien dimana lokasi dari sakit/nyeri kepala yang dirasakan. Apakah unilateral (sebelah) atau bilateral ?
• Severity, scale (S):
Tanyakan pada klien seberapa parah sakit kepala yang dirasakan. Dan bisa menggunakan numerik scale ( 1-10 )
Tipe Nyeri
Skala Nyeri Tipe Nyeri
1-3 nyeri ringan
4-6 nyeri sedang
7-9 nyeri berat.
10 nyeri sangat berat.
• Time (T):
Tanyakan pada klien seberapa sering sakit kepala yang dirasakan oleh klien.
1. Riwayat kesehatan sekarang : klien mengalami migren
2. Riwayat kesehatan masa lalu :
Tanyakan pada klien tentang penyakit yang diderita sebelumnya?
Tanyakan kepada klien kapan penyakit ini mulai dirasakan untuk pertama kalinya ( sudah berapa tahun, adakah penyakit tertentu, pernah cedera kepala atau tidak ? )
3. Riwayat kesehatan keluarga :
Tanyakan kepada klien apakah ada orang lain dalam keluarga yang juga mengalami nyeri kepala dengan gejala serupa ?
4. Riwayat pekerjaan :
Tanyakan pada klien tentang pekerjaannya. Karena bisa saja sakit kepala terjadi akibat dari pekerjaan yang menjadi stressor dan bisa juga karna pemajanan zat toksik dari lingkungan pekerjaan?
5. Riwayat penggunaan obat :
Tanyakan pada klien mengenai obat yang dia konsumsi untuk mengatasi penyakit yang diderita?
Pada kasus klien menerima pengobatan dengan sumatriptan dengan cara subkutan dan responya baik.
6. Aspek psiko-sosio-spiritual:
a) Psikologis
- Stress emosional
Apakah klien mengalami stress emosional yang dapat menyebabkan klien nyeri kepala ?
- Konsep diri
Pada kasus, tidak teridentifikasi.
- Support system
Bagaimana peran anggota keluarga klien dan orang-orang terdekat sangat berperan dalam proses kesembuhan klien.
- Hubungan social
Hubungan sosial yang baik antara klien dengan keluarga, atau lingkungan disekitarnya dapat mendukung kesembuhan klien. Pada kasus, tidak teridentifikasi.
- Coping pattern
Dapat ditanyakan koping klien dalam mengatasi stress, cemas yang dialaminya.
b) Spiritual
- Beliefe
Tidak teridentifikasi. Hendaknya keluarga menganggap sakit tersebut merupakan ujian dari Tuhan dan percaya bahwa Tuhan juga lah yang punya kuasa untuk menyembuhkan penyakitnya, adalah hal penting yang harus ditanam dalam diri keluarga klien untuk membantu proses penyembuhan klien.
- Religious Practices
Tidak teridentifikasi dalam kasus.
c) Sosio-cultural
- Norms
Tidak teridentifikasi. Sebagai warga masyarakat yang baik, sebaiknya klien menaati dan melaksanakan norma yang ada dalam lingkungannya.
- Value
Tidak teridentifikasi. Setiap orang memiliki value, dan orang lain bertugas untuk menghargai setiap value atau nilai yang ada dalam diri tiap individu masing-masing, tanpa harus saling menjatuhkan.
c. Pemeriksaan fisik :
- Pemeriksaan keadaan umum klien seperti tanda-tanda vital
- Pemeriksaan status emosional
Bagaimana mood klien ?
- Pemeriksaan saraf cranial
Pada kasus ini dilakukan pemeriksaan pada nervus II
Saraf II ( Optikus )
Pada kasus didapakan klien migren yang disertai dengan aura, photopobia. Kita dapat melakukan tes lapang pandang , tes reaksi pupil menggunakan pen light.
d. Pemeriksaan diagnostik :
Untuk pemeriksaan lebih lanjut dokter akan memutuskan apakah klien perlu menjalani pemeriksaan lanjutan untuk mendiagnosa adanya kemungkinan penyakit lain yang menyebabkan sakit kepala klien. Tes tersebut antara lain :
- MRI dan CT scan, yang dapat digunakan untuk mendiagnosa tumor dan perdarahan otak.
PATOFISIOLOGI MIGREN
D. ASUHAN KEPERAWATAN
No. Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
1 Intoleran aktivitas b.d nyeri inervasi nervus trigeminal
DS :
klien mengeluh nyeri kepala, aura, mual dan muntah
DO : Tupen :
Setelah dilakukan perawatan selama 2x24 jam klien menyatakan nyeri berkurang
Tupan :
Setelah dilakukan perawatan selama 1 minggu diharapkan nyeri menghilang Mandiri :
• Observasi tanda-tanda nyeri non verbal; seperti ekspresi wajah,tubuh gelisa,menangis atau meringis,perubahan frek.jantung,pernapasan,dan observasi tekanan darah →care provider
• Ajarkan istirahat dan relaksasi, jaga ketenangan lingkungan →educator
• Ajarkan klien untuk menggunakan kompres dingin pada saat sakit kepala → educator
• Ajarkan klien teknik relaksasi untuk mengurangi rasa nyeri
• Anjurkan klien untuk istirahat di tempat yang gelap dan sepi
• Anjurkan klien untuk mencatat perkembangan tingkat nyeri melalui catatan harian (skala 1-10) → researcher
Kolaborasi :
• Berikan obat sesuai indikasi : →collaborator, manager
1. Analgetik (aspirin)
Dosis : 650-1000mg per 4-6 jam, dosis max 4gr/hari
2. Triptan (sumatriptan)
Dosis : 6mg SC , dapat diulang dalam 1 jam, dosis max 12 mg/hari. 25-100mg oral/2 jam, dosis maks 200mg/hari
3. Ibuprofen (morfin)
Dosis : 400-800mg per 6 jam, dosis max 2,4 gr/hari
4. Antiemetic
Dosis : 10 mg per hari
5. Antidepresan (amitriptilin, inhibitor MAO)
Mandiri :
• Merupakan indikator atau derajat nyeri yang tidak langsung yang dialami
• Meningkatkan rasa nyaman dan menghindari stimulus nyeri
• Kompres dingin dapat menurunkan vasodilatasi seingga nyeri kepala berkurang.
• Relaksasi Neuromuscular Progresive
keadaan ini merupakan serangkaian latihan melakukan kontraksi dan relaksasi otot-otot tertentu dalam aturan tertentu untuk menghasilkan keadaan relaksasi dalam .
• Modifikasi lingkungan bisa mengurangi stimuli noksius yang bisa mengurangi nyeri
• Untuk mengetahui reaksi pemberian obat, apakah ada perubahan penurunan tingkat nyeri
1. Penanganan pertama dari sakit kepala secara umum, hanya kadang-kadang bermanfaat pada sakit kepala karena gangguan vaskuler
2. Memulihkan pembuluh darah cranium yang melebar dan menghentikan peradangan
3. Digunakan sebagai antiinflamasi, analgetik, dan bepengaruh antipiretik
4. Menurunkan rasa tidak nyaman yang berhubungan dengan gejala mual muntah
5. Bermanfaat untuk mengatasi migraine dan depresi, menurunkan ketegangan vaskuler/otot
2 Inefektif koping individu b.d perubahan gaya hidup Tupen :
Setelah dilakukan perawtan selama 3x24 jam diharapkan klien dapat mengungkapkan kesadaran tentang kemampuan koping yang dimiliki
Tupan :
Setelah dilakukan pewaratan selama 2 minggu menunjukan perubahan gaya hidup yang diperlukan atau situasi yang tepat.
Gaya hidup yang tepat meliputi :
- tidur cukup
-pola makan yang sehat
-istrirahat di ruang yang tenang
-rajin berolahraga
-menjauhi sumber-sumber penyebab migren
• Kaji perilaku klien dan perubahan yang terjadi saat nyeri conselor
• Kaji mekanisme koping klien saat terjadi serangan conselor
• Dorong klien untuk mengekspresikan masalah yang dihadapi sekarang seperti rasa takut educator, care provider
• Berikan support dan informasi realistis tentang penyakitnya educator, client advocate, care provider
• Klien dengan nyeri kepala akan terjadi perubahan perilaku seperti sensitive, marah, dan depresi
• Menentukan efektifitas koping
• Menyampaikan perasaan dapat mengurangi masalah
• Membangkitkan kemampuan untuk mengurangi rasa
3 Kurang pengetahuan tentang informasi penyakitnya Tupen :
Setelah dilakukan perawatan selama 3x24 jam diharapkan kilen dapat mengungkapkan pemahaman tentang kondisi dan pengobatan meliputi :
-klien mengetahui benar bagaimana pengobatan yang sedang dijalaninya
-klien dapat melakukan perawatan mandiri
-klien dapat menggunakan manajemen stress dengan baik
Tupan :
Setelah dilakukan perawatan selama 3 minggu klien mengalami perubahan gaya hidup atau perilaku yang tepat. • Bantu pasien dalam mengidentifikasi kemungkinan factor predisposisi,seperti stress emosi, suhu yang berlebihan,alergi terhadap makanan/lingkungan tertentu conselor, care provider
• Diskusikan tentang obatnya dan efek sampingnya conselor, client advocate, educator
• Diskusikan mengenai pentingnya posisi/letak tubuh yang normal pada saat terjadi serangan conselor, client advocate, educator
• Instruksikan klien/orang terdekat dalam melakukan program kegiatan atau latihan, dan tindakan yang menimbulkan rasa nyaman seperti massage dan sebagainya educator
• Anjurkan klien untuk selalu memperhatikan sakit kepala yang dialaminya dan factor-faktor yang berhubungan atau factor presipitasi counselor
• Informasikan pada klien akan pentingnya olahraga dan istirahat yang cukup dan makan makanan yang bergizi
• Menghindari/membatasi factor-faktor ini seringkali dapat mencegah berulangnya/kambuhnya serangan
• Klien ini mungkin menjadi sangat ketergantungan terhadap obat dan tidak mengenali bentuk terapi yang lain
• Posisi tubuh menjauhi area yang terkena migren mis: migren pada bagian kepala kanan, kepala jangan dimiringkan ke kanan
• Jika melakukan dengan cara yang benar latihan dapat mengurangi rasa nyeri dan memperbaiki sirkulasi serta mengurangi ketegangan otot
• Memberikan kesempatan untuk mengidentifikasi atau mengendalikan factor yang mungkin menjadi penyebab sakit kepala
• Sakit kepala cenderung terjadi pada keadaan sakit, kelelahan, dan stress
Peran dan Fungsi Perawat
1. Care Provider
• Memberikan pelayanan keperawatan kepada kelompok khusus atau masyarakat sesuai diagnosis masalah yang terjadi
• Memperhatikan individu dalam konteks sesuai dengan kehidupan kelompok khusus dalam hal ini perawat harus memperhatikan kebutuhannya seperti pemenuhan kebutuhan dasarnya
Perawat menggunakan proses keperawatan untuk mengidentifikasi diagnosis keperawatan mulai dari masalah fisik sampai pada masalah psikologis
2. Educator
• Tugas perawat adalah membantu kelompok khusus meningkatkan pengetahuan dalam upaya meningkatkan kesehatan dan mencegah gejala penyakit sesuai kondisi dan tindakan yang spesifik.
• Dasar pelaksanaan peran adalah intervensi dalam NCP
3. Conselor
1. Tugas utama adalah mengidentifikasi perubahan pola interaksi kelompok khusus terhadap keadaan sehat sakit dalam kasus ini kelompok khusus dapat mengetahui etilogi dan manisfestasi dari penyakit yang berhubungan dengan prilakunya.
2. Adanya perubahan pola interaksi ini merupakan "dasar" dalam merencanankan metoda untuk meningkatkan kemampuan adaptasinya
3. Konseling diberikan kepada kelompok dalam mengintergrasikan pengalaman kesehatan dengan pengalaman yang lalu
4. Pemecahan masalah difokuskan pada masalah keperawatan, mengubah perilaku hidup sehat (perubahan pola interaksi)
4. Manager
Perawat mempunyai peran dan tanggung jawab dalam mengelola pelayan, maupun pendidikan keperawatan yang berada dibawah tanggung jawabnya sesuai dengan konsep managemen keperawatan dalam kerangka paradigma keperawatan. Sebagai pengelola perawt berperan dalam memantau dan menjamin kualitas asuhan keperawatan serta organisasi dan mengendalikan system yankes
5. Researcher
Sebagai peneliti dibidang keperawatan diharapkan mampu mengidentifikasi masalah penelitian, menerapkan prinsip dan metode penelitian serta memanfaatkan hasil penelitian untuk menigkatkan mutu asuhan / pelayanan dan pendidikan keperawatan. Tujuan dilakukan researche :
Jawaban terhadap pertanyaan
Solusi menyelesaikan masalah baik melalui produk tekhnologi dan metode baru dalam keperawatan
Penemuan dan penafsiran fakta baru
Pengujian terhadap teori, kondisi, serta fakta baru
Perumusan teori baru
Mengembangkan IPTEK keperawatan
Pengembangan ruang lingkup praktek keperawatan
Langkah-langkah untuk mengembangkan kegiatan penelitian :
a. Memodifikasi askep sejalan hasil keperawatan
b. Memperluas kesempatan kepada perawat
c. Apresiasi terhadap metodologi dan prosedur penelitian
d. Meningkatkan pemanfaatan hasil penelitian
e. Selalu didukung untuk melakukan penelitian
6. Kolaborator
Peran ini dilakukan karena perawat bekerja melalui tim kesehatan yang terdiri dari dokter, fisioterapi, ahli gizi dll dengan berupaya mengidentifikasi pelayanan keperawatan yang diperlukan.
7. Client Advocate (Pembela Klien)
• Bertanggung jawab membantu klien dan keluarga dalam menginterpretasikan informasi dari berbagai pemberi pelayanan dan dalam memberikan informasi lain yang diperlukan untuk mengambil persetujuan (inform concern) atas tindakan keperawatan yang diberikan kepadanya.
• Mempertahankan dan melindungi hak-hak klien, harus dilakukan karena klien yang sakit dan dirawat di rumah sakit akan berinteraksi dengan banyak petugas kesehatan. Perawat adalah anggota tim kesehatan yang paling lama kontak dengan klien, sehingga diharapkan perawat harus mampu membela hak-hak klien.
Seorang pembela klien adalah pembela dari hak-hak klien. Pembelaan termasuk didalamnya peningkatan apa yang terbaik untuk klien, memastikan kebutuhan klien terpenuhi dan melindungi hak-hak klien (Disparty, 1998 :140).
Hak-Hak Klien antara lain :
1. Hak atas pelayanan yang sebaik-baiknya
2. Hak atas informasi tentang penyakitnya
3. Hak atas privacy
4. Hak untuk menentukan nasibnya sendiri
5. Hak untuk menerima ganti rugi akibat kelalaian tindakan.
Hak-Hak Tenaga Kesehatan antara lain :
1. Hak atas informasi yang benar
2. Hak untuk bekerja sesuai standar
3. Hak untuk mengakhiri hubungan dengan klien
4. Hak untuk menolak tindakan yang kurang cocok
5. Hak atas rahasia pribadi
6. Hak atas balas jasa
Fungsi perawat:
Fungsi merupakan suatu pekerjaan yang dilakukan sesuai dengan perannya. Fungsi tersebut dapat berubah di sesuaikan dengan keadaan yang ada. Dalam menjalankan perannya, perawat akan melaksanakan fungsi diantaranya :
• Fungsi Independen
Merupakan fungsi mandiri dan tidak tergantung pada orang lain dimana perawat dalam melaksanakan tugasnya dilakukan secara sendiri dengan keputusan sendiri dengan kebutuhan dasar manusia seperti pemenuhan kebutuhan fisiologis. Pemenuhan kebutuhan cinta mencintai, pemenuhan kebutuhan harga diri dan aktualisasi diri.
• Fungsi Dependen
Merupakan fungsi perawat dalam melaksanakan kegiatannya pesan atau intruksi dari perawat lain. Sehingga sebagai tindakan pelimpahan tugas yang diberikan. Hal ini biasanya di lakukan oleh perawat spesialis kepada perawat umum atau dari primer keperawat pelaksana
• Fungsi interdependen
Fungsi ini dilakukan dalam kelompok tim yang bersifat ketergantungan diantara tim satu dnegan lainnya. Fungsi ini dapat terjadi apabila bentuk pelayanan membutuhkan kerjasama tim dalam pemberian pelayanan seperti dalam memberikan asuhan keperawatan pada penderita yang mempunyai penyakit kompleks.